Konsep Dasar Logika
1.
Kata
logika menurut kamus berarti cabang ilmu pengetahuan yang mengamati tentang
prinsip-prinsip pemikiran deduktif dan induktif. Kata logika menurut istilahnya
berarti suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan
penalaran. Maka untuk memahami apakah logika itu haruslah mempunyai pengertian
yang jelas tentang penalaran, penalaran adalah suatu bentuk pemikirann yang
meliputi tiga unsur, yaitu konsep pernyataan dan penalaran.
Logika
adalah bahasa Latin berasala dari kata “logos” yang berarti perkataan atau
sabda. Istilah lain digunakan sebagai gantinya adalah “mantiq”, kata Arab yang
diambil dari kata kerja “nathaqa” yang berarati berkata atau berucap. Dalam
bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa: ‘alasannya tidak
logis’, ‘argumentasi logis’, ‘kabar itu tidak logis’. Yang dimaksud dengan
logis adalah masuk akal, dan tidak logis adalah sebaliknya.
2.
2. Batasan Logika dari Para Ahli
Dewasa ini bidang penalaran logika telah banyak mendapat
perhatian dari para pakar. Diantara sekian banyak pakar itu adalah sebagai
berikut :
a. E. Sumaryono (1999:71) “Logika adalah
ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir lurus”
b. Jan Hendrik Rapar (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan,
dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria
yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan
demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”
c. Louis O. Kattsoff (1987:28) Logika ialah ilmu pengetahuan
mengenai penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang
aturan-aturan serta cara-cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh
suatu prangkat premise.
d. Bakhtiar (2004:212) Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid
dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir
sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar
daripada satu.
3. Unsur-Unsur Logika
Mengkaji dari berbagai literatur, dapat dipahami bahwa logika mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Term, yaitu gagasan atau sejumlah gagasan, terdiri dari term subjektif (S),
term predikat (P), dan term antara (M)
b. Proposisi disebut juga putusan, keputusan, judgement,
pernyataan, kalimat logika. Proposisi ialah kegiatan atau perbuatan manusia di
mana ia mengiakan atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu. Proposisi menunjuk
pada tegasnya pernyataan atau penyangkalan hubungan antara dua buah pengertian
c. Penarikan simpulan (penyimpulan) disebut juga dengan
penalaran.
Ada dua macam penyimpulan atau
penalaran, yaitu deduksi dan induksi. Deduktif yaitu
penyimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus bersifat individu. Induktif: penyimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi konklusi yang bersifat umum.
B. OBJEK LOGIKA
Oleh
karena yang berfikir itu manusia maka harus dikatakan bahwa lapangan
penyelidikan logika ialah manusia itu sendiri. Tetapi manusia ini disoroti dari
sudut tertentu, yakni budinya. Begitu pula berfikir adalah obyek material
logika. Berfikir di sini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan
berfikir manusia mengolah, mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Dengan mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan,
menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lainnya.
Jika
dilihat dari obyeknya, dikenal sebagai logika formal (Manthiq As-Shuari) dan
logika material (al-Manthiq al-maddi). Pemikiran yang benar dapat dibedakan
menjadi dua bentuk yang berbeda secara radikal, yakni cara berfikir dari umum
ke khusus dan cara berfikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berfikir
deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-dasar
persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan mempergunakan
hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berfikir benar. Cara berfikir
induktif dipergunakan dalam logika material, yakni menilai hasil pekerjaan
logika formal dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris. Logika
formal disebut juga logika minor. Logika material disebut logika mayor.
C. KEGUNAAN LOGIKA
- Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
- Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
- Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
- Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
- Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.
- Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
D. SEJARAH LOGIKA
Logika
muncul bersama dengan filsafat. Itu tidak berarti logika berdiri sendiri
sebagai satu disiplin di samping filsafat melainkan bahwa dalam filsafat Barat
– sudah nyata pemikiran yang logis. Untuk menetapkan dengan pasti kapan “hari
lahir” logika tidak mungkin. Umumnya diterima bahwa orang pertama yang melakukan
pemikiran sistematis tentang logika adalah filsuf besar Yunani Aristoteles
(384-322 M). menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah
“logika”. Apa yang sekarang kita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles
dinamakan “Analitika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang
bertitik-tolak dari putusan-putusan yang benar – dan “Dialektika” –
penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari
putusan-putusan yang masih diragukan.
“Logika’
bagi Aristoteles dan para pengikutnya tidak dikategorikan sebagai satu ilmu di
antara ilmu-ilmu yang lain. Menurut Aristoteles “logika” adalah persiapan yang
mendahului ilmu-ilmu. Atau dapat dikatakan bahwa “logika” adalah alat (organon)
untuk mempraktikkan ilmu pengetahuan.
Orang
pertama yang menggunakan istilah “logika” adalah Cicero (abad pertama
sebelum Masehi) tetapi dalam pengertian “seni berdebat’. Di kemudian
hari, yakni pada permulaan abad ketiga masehi, Alexander Aphrodisias
menggunakan istilah “logika” dengan arti yang dikenal sekarang. Sampai
berabad-abad lamanya pembicaraan mengenai logika tidak mengalami perkembangan
melainkan masih tetap sama seperti pada waktu Aristoteles. Immanuel Kant (Abad
XVIII) mengatakan logika tidak mengalami perkembangan. Akan tetapi pada
pertengahan abad XIX logika mengalami perkembangan karena ada usaha dari
beberapa tokoh yang mencoba menerapkan matematika ke dalam logika. Gejala itu
kini dikenal sebagai saat munculnya logika modern. Sejak saat itu logika
dibedakan menjadi logika tradisional/klasik dan logika modern
yang lazim dikenal sebagai logika matematika/simbolik.
Logika
tradisional/klasik adalah sistem ciptaan Aristoteles yang berfungsi untuk
menganalisa bahasa. Sedangkan logika modern berusaha menerapkan prinsip-prinsip
matematik terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambang-lambang
non-bahasa. Dengan demikian keduanya berkaitan erat satu dengan yang lain. Oleh
karena itu memahami kedua macam logika dengan baik merupakan bantuan yang
sangat besar dalam berpikir yang teratur, tepat, dan teliti.
Logika
modern dirintis oleh orang-orang Inggris, antara lain A. de Morgan (1806 – 1871), George Boole (1815-1864), dan mencapai puncaknya dengan karya
besar A. N. Whitehead dan Bertrand Russel “Principia
Mathematica”.
E. MACAM-MACAM LOGIKA
- Logika Alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal
budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan
logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan
memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
- Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus,
mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan
azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika
ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih
mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan
atau, paling tidak, dikurangi.
F.
BERBAGAI JENIS
LOGIKA (The Liang Gie, 1980: )
- Logika Makna Luas Dan Logika Makna Sempit
- Logika Deduktif Dan Logika Induktif
- Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilakan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal, jika telaah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain, maka proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Oleh karena itu logika deduktif sering disebut pula logika formal, karena yang dibicarakan hanya bentuknya saja terlepas isi apa yang dibicarakan. Dan sering juga hanya disebut dengan “Logika”. Jadi jika hanya logika berarti logika deduktif.
- Logikan induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah kebolehjadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti. Logika induktif merupakan pokok bahasan metodologi ilmiah, atau dengan kata lain metodologi ilmiah merupakan perluasan dari logika induktif, sehinga logika induktif disebut juga metode-metode ilmiah.
- Logika Formal Dan Logika Material
- Logika Murni Dan Logika Terapan
- Logika Filsafati Dan Logika Matematik
F. TOKOH LOGIKA DAN PEMIKIRANNYA
- Aristoteles
Aristoteles, seorang filosof dan
ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau, yang memelopori penyelidikan ihwal
logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafat dan memberi sumbangan-sumbangan
besar terhadap ilmu pengetahuan. Pendapat Aristoteles, alam semesta tidaklah
dikendalikan oleh serba kebetulan, oleh keinginan atau kehendak dewa yang
terduga, melainkan tingkah laku alam semesta itu tunduk pada hukum-hukum
rasional. Kepercayaan ini menurut Aristoteles diperlukan bagi manusia untuk
mempertanyakan setiap aspek dunia alamiah secara sistematis, dan kita harus
memanfaatkan pengamatan empiris, dan alasan-alasan yang logis sebelum
mengambil keputusan.
- Raymundus Lullus
Raymundus Lullus mengembangkan
metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan
kebenaran – kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif
dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar
untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant
menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk
pemikiran yang mengatasi batas pengalaman.
- Leibniz
Leibniz menganjurkan penggantian
pernyataan dengan symbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah
melakukan analisis. Demikian juga Leonhard Euler, seorang ahli matematika dan
logika swiss melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan
lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antar term yang terkenal dengan
sebutan sirkel-Euler.
- John Stuart Mill
John Stuart Mill mempertemukan system
induksi dengan system deduksi. Setiap pangkal pikir besar di dalam deduksi
memerlukan induksi dan sebaliknya memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran
mengenai hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi kedua-duanya bukan bagian yang
saling terpisah, tetapi sebetulnya saling membantu.
Thales (624
SM – 548 SM), filsuf
Yunani pertama yang meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal
budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah
arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika
induktif.
Dalam logika Thales, air adalah
arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan
(karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa
manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala
sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf
mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta
Plato (427
SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam
bidang ini.
- Poespoprojo
Poespoprojo menjelaskan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari aktivitas berpikir yang menyelidiki
pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman konkret, pengalaman
sesitivo-rasional, fakta, objek-objek, kejadian-kejadian atau peristiwa yang
dilihat atau dialami. Logika bertujuan untuk menganalisis jalan pikiran dari
suatu penalaran/pemikiran/penyimpulan tentang suatu hal. Poespoprojo
menjelaskan tentang pikiran dan jalan pikiran dengan alur logika dan
sistematika yang merupakan alur pikiran algoritmik sementara Olson menekankan
pada pemecahan masalah lewat gagasan-gagasan yang diperoleh dengan jalan yang
unik. Namun tetap berlandaskan pada sistematika dan logika
- Olson
Olson tidak menerangkan definisi
pemikiran dalam konteks logika namun menjelaskan pikiran dalam konteks
kreativitas. Pembahasannya ditekankan pada bahasan mengenai pemecahan masalah
dengan menempuh ‘jalan’ yang tidak biasa. Olson menggunakan aspek-aspek di luar
pembahasan logika dan ilmu menalar yang hampir bisa disebut dengan logika
transendental.
- Marx dan Engels
Marx dan Engels adalah murid Hegel
di lapangan Logika. Dalam ilmu logika, mereka berdua lah yang kemudian
melakukan revolusi pada revolusi Hegelian—dengan menyingkirkan elemen mistik
dalam dialektikanya, dan menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah
landasan material yang konsisten.
- Euklides
Euklides melakukan hal yang sama
untuk dasar-dasar geoemetri; Archimides untuk dasar-dasar mekanika; Ptolomeus
dari Alexandria kemudian menemukan astronomi dan geografi; dan Galen untuk
anatomi.
- Hegel
Hegel, seorang tokoh dari sekolah
filsafat idealis (borjuis) di Jerman, adalah seorang guru besar yang pertama
kali mentransformasikan ilmu logika, seperti di sebutkan oleh Marx:
“bentuk-bentuk umum gerakan dialektika yang memiliki cara yang
komprehensif dan sadar sepenuhnya.”
- Petrus Hispanus
Petrus Hispanus menyususn pelajaran
logika berbentuk sajak. Petrus inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai
nama untuk system penyimpulan yang sah dalam perkaitan bentuk silogisme
kategorik dalam sebuah sajak. Kumpulan sajak Petrus mengenai logika ini bernama
Summulae.
- Francis Bacon
Francis Bacon melancarkan serangan
sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan system induksa secara
lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari
berbagai kalangan di barat. Sehingga kemudian perhatian lebih ditujukan pada
system induksi.
- Cristian Wolff
Cristian Wolff lebih dikenal sebagai
pembela setia ajaran-ajaran Leibniz, namun di samping itu ia juga cukup
gigih mengembangkan logika-matematik system filsafat yang terkait dengan
berbagai lapangan pengetahuan dengan mempergunakan sarana metode deduktif seperti
yang dipakai dalam matematik.
- Marx dan Engels
Marx dan Engels adalah murid Hegel
di lapangan Logika. Dalam ilmu logika, mereka berdua lah yang kemudian
melakukan revolusi pada revolusi Hegelian—dengan menyingkirkan elemen mistik
dalam dialektikanya, dan menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah
landasan material yang konsisten.
- Theoprastus
Theoprastus (371-287 sM), memberi
sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang
mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian,
Porphyrius (233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu
bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni
sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan
zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan
klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
- Al-Farabi
Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal
mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam
berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi
menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan menambahkan satu
bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
- John Venn
John Venn (1834-1923), ia berusaha
menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram
lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram)
untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari
silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara
subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Sngat bermanfaat tpi, kli bsa min... sumbernya dicantumkan yah
ReplyDeleteIya iya.. terima kasih masukannya 👍
Delete