Makalah PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP LOGIKA
PENGERTIAN
DAN RUANG LINGKUP LOGIKA
KELOMPOK
1
KARLIVON META 14081101075
RETNO.ANDARI SAMBODE
14081101087
JUNIAR W. SUWIGNYA 14081101083
BIL
KLINTON DJOMA 14081101085
NOVALIA
TAHRIN 14081101093
METTU SALAK
APOKI 14081101095
VOLIN
TEMPOH 14081101089
WANDA.
WIRANDA ORAH 140811010
FEILI
EUNIKE SOLANG 140811010
PROGRAM
STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN
ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS
SAM RATULANGI
MANADO
Kata pengantar
Puji
syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan lindungan-nya. Akhirnya makalah ini kami
selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Dasar-Dasar Logika.selain itu Kami menyusun makalah ini untuk menambah
wawasan untuk memahami.
Mungkin
makalah yang kami buat ini belum sempurna karena kami juga masih dalam tahap
belajar, oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritikan dari segala pihak
agar makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini
saya membahas tentang “Pengertian Logika dan Ruang Lingkup Logika Semoga makalah yang Kami buat ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Demikianlah
makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang berkenan(sopan)
kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini bermanfaat buat pembaca.
Manado
9 Maret 2015
penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 LATAR
BELAKANG.............................................................................
1
1.2 RUMUSAN
MASALAH............................................................................. 1
1.3 TUJUAN
PENULISAN............................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1 PENGERTIAN
LOGIKA............................................................................ 3
2.2 OBJEK
LOGIKA..................................................................................... .... 5
2.3 SEJARAH
LOGIKA................................................................................ .... 7
2.4 MANFAAT
LOGIKA.............................................................................. .... 10
2.5 PEMBAGIAN
LOGIKA......................................................................... .... 11
BAB
III PENUTUP............................................................................................. .... 15
3.1 KESIMPULAN........................................................................................ .... 15
3.2 SARAN..................................................................................................... .... 16
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... .... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan
pengetahuan yang benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap
individu. Maka setiap jalan pikiran manusia mempunyai
kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai landasan proses penemuan
kebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai kriteria kebenaranya
masing-masing.
Aktivitas berpikir sebagai
penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir yang
luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan
ruang lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan
penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran
yang logis dan kritis ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua
ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah ang menjadi
salah satu syarat sifat ilmiah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1
Apa pengertian logika ?
2
Apa saja objek logika ?
3
Bagaimana sejarah logika ?
4
Apa saja kegunaan dan manfaat logika ?
5
Bagaimana pembagian logika ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1
Mampu menjelaskan dan mendeskripsikan
pengertian logika.
2
Mampu menggambarkan objek-objek dalam
logika.
3
Mampu menggambarkan sejarah singkat
logika.
4
Mampu menjelaskan kegunaan dan manfaat
dari logika.
5
Mendeskripsikan pembagian logika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
LOGIKA
Secara
etimologi, Logika berasal dari
perkataan Yunani yaitu logike (kata
sifat) dan logos (kata benda), yang berarti
“pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran, alasan atau uraian”.
Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal pikiran manusia dalam bernalar
untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan yang benar. Sebagai ilmu, disebut
logica scientia yang berarti ilmu
logika, namun sekarang ini hanya lazim disebut dengan logika saja. Jadi, logika
adalah suatu ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan norma-norma
penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar (sahih). Ada yang berpendapat
bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip-prinsip dan hukum-hukum
penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu
pengetahuan (science) tetapi
sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan yang merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat,
dan teratur. Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui, sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang berpendapat bahwa logika
adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika tidak
terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula yang mengatakan
bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan
penalaran yang sahih (valid).
William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference, more precisely the attempt to devise
criteria for separating valid from invalid inferencesw (logika adalah studi
tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran
guna memisahkan penyimpulan yang sah dan
yang tidak sah).
Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the
systematic discipline concerned with the organization and development of the
formal rules, the normative prosedures and the criteria of valid inference
(logika adalah cabang ilmu yang sistematis mengenai penyusunan dan
pengemebangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagi
penyimpulan yang sah).
Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat
yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas,
aturan-aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi
penalaran dan penyimpulan demi mencapai
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”.
Ir. Poedjawijatna,
logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk
mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
Hasbullah Bakry, logika
adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hokum-hukum akal manusia
sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas,
dapat dikatakan bahwa logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari,
menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal,
prosedur-prosedur, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan
demi pencapaian kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
2.2
OBJEK
LOGIKA
Objek adalah
sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu
objek material dan objek formal. Objek material dari sesuatu adalah hal yang
diselidiki dari sesuatu itu, mencakup yang konkret dan yang abstrak. Objek
formal adalah sudut pandang dari objek itu disorot sebagai pembeda dengan objek
lainnya.
Objek material
sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama untuk beberapa ilmu
pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek formalnya. Sebagai
contoh: psikologi, sosiologi, dan pedagogik memiliki objek material yang sama,
yaitu manusia. Akan tetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena objek
formalnya yang berbeda. Objek forma psikologi ialah aktivitas jiwa dan kepribadian manusia secara individual
yang dipelajari lewat tingkah laku,
objek formal sosiologi ialah hubungan antar manusia dalam kelompok dan antar kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal
pedagogik ialah keegiatan manusia untuk menuntun perkembangan manusia lainnya
ke tujuan tertentu.
Perlu dicatat
di sini bahwa yang pantas menjadi objek material suatu ilmu ialah suatu
lapangan, bidang, atau materi yang benar-benar konkret dan dan dapat diamati.
Hal itu perlu ditegaskan karena kebenaran
ilmiah adalah kesesuaian antara apa yang diketahui dengan objek
materialnya. Jika objek material itu abstrak dan tidak dapat diamati, tentu
saja apa yang diketahui (pengetahuan)
tidak mungkin dapat dicocokkan dengan objeknya. Dengan demikian, tidak mungkin
dapat dicapai kebenaran yang merupakan
kesesuaian pengetahuan dengan objeknya itu.
Surajiyo, dkk.
(2009:11) mengatakan lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan
teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus
ditepati.
Berpikir adalah objek material logika.
Yang dimaksudkan berpikir di sini adalah
kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan
mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam
logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena
itu, berpikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.
2.3
SEJARAH SINGKAT LOGIKA
Apabila ditelusuri dari awal keberadaan logika, tidak
terlepas dari ahli pikir sebelumnya seperti Thales (624-548 SM), filsuf Yunani
pertama, meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol
dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta, sejak
saat itulah ia meletakkan dasar-dasar berfikir logis. Bahkan ketika Thales
mengatakan air adalah arkhe (prinsip atau asas pertama) alam
semesta, ia telah memperkenalkan logika induktif. Bukankah perkataan Thales ini
merupakan kesimpulan yang dimaknai bahwa air adalah jiwa segala sesuatu, misalnya air jiwa tumbuh-tumbuhan (karena
tanpa air tumbuhan mati), darah jiwa hewan dan manusia, sedangkan uap dan es
adalah air, maka penalaran induktif (logika) yang dilakukan Thales adalah
sebagai berikut:
·
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan,
·
air adalah jiwa hewan,
·
air adalah jiwa manusia,
·
air jugalah uap, dan
·
air jugalah es.
·
Jadi, air adalah jiwa dari segala
sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sejak Thales, sang filsuf pertama itu, logika telah mulai dikembangkan. Semua
filsuf sesudah Thales pun telah berperan serta dalam pengembangan logika
kendatipun istilah logika itu sendiri belum dikenal.
Aristoteles (384 – 322 SM) yang juga
belum menggunakan kata logika, tetapi menggunakan kata analitika dan dialektika.
Analitika untuk penyelidikan mengenai berbagai argumentasi yang bertitik tolak
dari putusan-putusan yang benar. Sedangkan dialektika untuk penyelidikan
mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis atau
putusan yang tidak pasti kebenarannya. Aristoteles mewariskan kepada
murid-muridnya enam buku yang oleh murid-muridnya dinamai Organon, yang berarti alat.
Enam buku itu, ialah (1) Categoriae,
menguraikan sesuatu objek dalam jenis-jenis pengertian umum; (2) De interpretatione, membahas mengenai
komposisi keputusan; (3) Analytica priora,
membahas pembuktian; (4) Analytica
posteriora, membahas pembuktian; (5) Topica,
berisi cara berargumentasi atau cara berdebat; (6) De sophhisticis elenchis, membicarakan kesesatan dan kekeliruan
berpikir. Rapar (1996:13) mengemukakan inti logika Aristoteles ialah silogisme.
Dan silogisme itulah yang sesungguhnya merupakan penemuan murni Aristoteles dan
yang terbesar dalam logika.
Perkembangan logika pada pasca
Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para murid-muridnya, dan Abad ke 1 sebelum
masehi merupakan abad pertama munculnya logika oleh filsuf Cicero di mana
logika masih diartikan sebagai seni berdebad. Pada permulaan abad ke 3 sesudah masehi
oleh Alexander Aphrodisias adalah orang
yang pertama kali menggunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki
lurus tidaknya pemikiran kita
Rapar (1996:14) mengemukakan bahwa
sampai abad kedua belas atau ketiga belas, karya-karya tulis di bidang logika
yang masih digunakan ialah Categoriae dan De interpretatione Aristoteles serta
Eisagoge Porphyrius Pada abad ke sampai
abad kelimabelas, tampillah logika modern dengan tokoh-tokohnya, antara lain,
Petrus Hispanus (1210 – 1278), roger Bacon (1214 – 1292), RYMUNDUS Lullus (1232
– 1315), dan William Ockham (1285 –
1349)
Kendatipun logika modern telah
dikembangkan, logika Aristoteles diteruskan
oleh Thomas Hobbews (1588 – 1679) dan John Loek (1632 – 1704). Francis Bacon (1561 – 1626)
mengembangkan logika induktif, sedangkan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 –
1716, George Boole (1815 – 1864), John Venn (1834 – 1923), Dan Gottlob Frege
(1848 – 1925) dikenal sebagai para pelopor logika simbolik. Kemudia, filsuf
besar Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce
(1839 – 1914) yang pernah mengajar logika di John Hopking University,
melengkapi logika simbolik lewat karya tulisnya yang sangat banyak. Ia
menafsirkan logika selaku teori umum
mengenai tanda (general theory of signs) dan melahirkan dalil yang disebut dalil Peirce (Peirce’s law) Logika simbolik simbolik mencapai puncaknya lewat
karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 1947) dan Bertrand Arthur William Dussel (1872-1970) berjudul
Principia Mathematica, berjumlah tiga
jilid dan ditulis pada tahun 1910 – 1913. Logika simbolik diteruskan oleh
Ludwing Wittgenstein 911889 – 1951), Ruddolf Carnap (1891 – 1970), Kurt Godel
(1906 – 1978, dan lain-lain.
2.4
MANFAAT LOGIKA
Setidaknya ada empat kegunaan dengan belajar
logika, yaitu:
1. membantu setiap
orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tertib, metodis, dan koheren;
2. meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3. menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
4. meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.
Selanjutnya dikatakan bahwa bagi ilmu
pengetahuan, logika merupakan suatu keharusan. Tidak ada ilmu pengetahuan yang
tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika tidak akan pernah
mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles, bapak
logika, yaitu logika benar-benar
merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang
siapa mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk membuka semua pintu
masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Di samping kegunaan di atas, Surajiyo,
dkk. (2009:15) mengemukakan bahwa logika juga dapat memberikan manfaat teoritis
dan praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis, logika mengajarkan tentang
berpikir sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan berpikir sebagaimana
adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari segi
kemanfaatan praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil putusan yang
benar dan runtut (consisten).
2.5
PEMBAGIAN LOGIKA
1. Logika makna luas dan logika makna
sempit
Menurut John C Cooley, The Liang Gie
membagi logika dalam arti yang luas dan
dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud dipakai searti
dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti yang lebih luas,
pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana
system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan
mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat
dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus, seperti yang pernah
dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
a.
Asas
paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika
formal atau logika simbolis)
b.
Sifat
dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang
diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).
c.
Metode-metode
untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah (metodologi)
2. Logika deduktif dan logika induktif
Logika deduktif adalah ragam logika
yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu
penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya
sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang
terutama ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta
kesesuaiannya dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran
yang terjadi adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan suagam atu
ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu
yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh
jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah
bentuk penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah
hal kecil, atau anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang
diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu,
tetapi yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.
3. Logika formal dan logika material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika
formal, sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material.
Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk, logika formal
hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian dengan
perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan menurut isinya. (The
Liang Gie, 1980).
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang
berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan
mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta
menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang
sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya
pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya
merumuskan metode ilmu pengetahua itu.
Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan
logika material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika
formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk
mencapai kebenaran.
4. Logika murni dan logika terapan
Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu
tentang efek terhadap arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap
kesahan dari pembuktian tentang semua bagian dan segi dari pernyataan dan
pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang termuat di dalamnya.
(The Liang Gie,1980)
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan
aturan logika yan berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai
dalam pernyataan dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan
dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang
mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas dan
aturan logika bagi istilahdan ungkapannya yang mempunyai pengertian khusus
dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan sesuatu
logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi
biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.
5. Logika filsafati dan logika
matematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau
bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang
filsafat, misalnya logika kewajiban
dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik
merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan
menggunakan metode matematik serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk
menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. (The
Liang Gie dan Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan materi
diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa logika adalah landasan utama utk
menguasai filsafat & ilmu pengetahuan serta sarana penghubung antara
filsafat & ilmu. Logika menyelidiki, menyeleksi, dan menilai pemikiran
dengan cara seriusdan terpelajar serta bertujuan untuk mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segalakepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan
serta menerapkanhukum - hukum dan patokan - patokan yang harus ditaati agar
seseorang dapatberpikir benar, efisien, sistematis, dan teratur. Dengan
demikian ada dua obyekpenyelidikan Ilmu Logika (Ilmu Mantiq), Pertama,
Pemikiran sebagai obyekmaterial juga dikenal dengan nama Logika Material dan
yang kedua, patokan-patokan atau hukum - hukum berpikir benar sebagai obyek
formalnya, yangdisebut logika formal. Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi
dua bentuk berbeda secararadikal yakni dari cara berpikir umum ke khusus
(deduktif) yaitu cara berpikiryang dipergunakan dalam logika formal yang
mempelajari dasar – dasarpersesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam
pemikiran dengan menggunakanhukum - hukum, rumus - rumus, patokan - patokan
berpikir benar, dan dari caraberpikir khusus ke umum (induktif) yaitu cara
berpikir yang dipergunakan dalamlogika material yang mempelajari dasar – dasar
persesuaian pikiran dengankenyataan (penyesuaian idealita dengan realita).
3.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini penulis
berharap semoga pembaca dapatberfikir tepat dan benar sehingga terhindar dari
kesimpulan yang salah dan kabur.Setidaknya dengan makalah ini, ada semacam
pencerahan intelektual dalam menyuguhkan motivasi yang intrinsik untuk segera
mempelajari ilmu logikasehingga kita dapat meminimalisasi kesalahan dalam
berfikir.
Tentunya, dalam makalah ini akan
ditemukan kelemahan-kelemahan ataubahkan kekeliruan. Dengan itu, penulis sangat
berharap adanya masukan dari pembaca dan kritik sebagai upaya pembangunan
mental guna penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA
Poedjawijatna.
1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta:
Bina Akasara.
Drs.
Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
membantu gan
ReplyDeletemembantu gan
ReplyDeleteyuph...
DeleteBagus :3
ReplyDeleteThanks bermanfaat banget🙏😁
ReplyDelete